BERFIKIRLAH DENGAN JERNIH

Perbuatan bid'ah di dalam agama secara tidak langsung mengingkari firman Allah 'Azza wa Jalla di bawah ini.

Allah Jalla Jalaaluh berfirman :
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu." (QS. Al Ma'idaah [5] : 3)

Sehingga seolah-olah para pelaku bid'ah membuat catatan kaki dari firman Allah Tabaroka wa Ta'ala bahwa agama ini yaitu al-Islam bukan agama yang sempurna sebab begitu banyak "perkara-perkara yang baru di dalam agama" yang dianggap baik oleh pelaku kebid'ahan setelah agama ini sempurna.

Pelaku kebid'ahan secara tidak langsung mengingkari hadits-hadits Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam di bawah ini.
Dari Abu Dzarr radhiyallaahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam telah pergi meninggalkan kami (wafat), dan tidaklah seekor burung yang terbang membalik-balikkan kedua sayapnya di udara melainkan beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam telah menerangkan ilmunya kepada kami."

Berkata Abu Dzarr radhiyallaahu 'anhu,
Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda, "Tidaklah tertinggal sesuatu pun yang mendekatkan ke Surga dan menjauhkan dari Neraka melainkan telah dijelaskan semuanya kepada kalian." (HR. Ahmad, IV/126 - 127, Abu Dawud, no. 4607, at-Tirmidzi, no. 2676)

Dari Abu Dzarr radhiyallahu 'anhu beliau berkata,
"Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam telah pergi meninggalkan kami (wafat) dan tidaklah seekor burung pun yang terbang dengan kedua sayapnya melainkan kami memiliki ilmunya." (HR. An-Nasa-i, III/189) Perkataan Abu Dzarr radhiyallaahu 'anhu di atas diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya V/153, 162.

Kemudian ada syawahidnya dari perkataan Abud Darda' radhiyallaahu 'anhu yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam Mu'jam al-Kabir sebagaimana dikatakan Imam al-Haitsami dalam Majma'uz Zawaa'id, VIII/264.

Dari Abu Darda' radhiyallaahu 'anhu, ia berkata,
"Sungguh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam telah pergi meninggalkan kami (wafat) dan tidaklah seekor burung yang terbang di langit melainkan beliau telah menerangkan kepada kami ilmunya." (Diriwayatkan oleh al-Laalika'i dalam Syarah Ushuul I'tiqad Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah, no. 126, Ibnu Baththah al-'Ukbary dalam al-Ibaanah, no. 205 dan Ilmu Ushulil Bida' hal. 92)

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Tidaklah aku tinggalkan sesuatu pun dari perintah-perintah Allah kepada kalian, melainkan telah aku perintahkan kepada kalian. Begitu pula tidaklah aku tinggalkan sesuatu pun dari larangan-larangan Allah kepada kalian melainkan telah aku larang kalian darinya." (HR. asy-Syafi'i dalam kitab ar-Risalah, hal. 87 - 93, no. 289, tahqiq Syaikh Ahmad Muhammad Syakir rahimahullahu, al-Baihaqi, VII/76. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahihah, no. 1803)

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, ia berkata,
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya kedudukanku terhadap kalian seperti kedudukan seorang ayah, aku mengajari kalian semua." (HR. Abu Dawud, no. 8)

Dari 'Irbadh bin Sariyah radhiyallaahu 'anhu, ia berkata,
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh, aku tinggalkan kalian di atas Islam yang putih bersih (lengkap / sempurna / tidak ada yang tertinggal satu pun), malamnya seperti siangnya (begitu jelas dan gamblang). Tidaklah berpaling dari Islam yang putih bersih ini sepeninggalku, melainkan akan binasa." (HR. Ibnu Abi 'Ashim dalam As-Sunnah, no. 48 - 49, dan Ibnu Majah, no. 43)

Perbuatan bid'ah pun secara tidak langsung mengingkari kesempurnaan Islam yang telah diakui sendiri oleh ummat-ummat sebelum kita dari kalangan ahlul kitab dari golongan Yahudi.

Dari 'Umar bin al-Khaththab radhiyallaahu 'anhu berkata,
"Sesungguhnya datang orang Yahudi kepada saya dan berkata, 'Wahai Amirul Mu'min, ada satu ayat di dalam kitabmu (al-Qur'anul Karim), yang jika ayat itu turun kepada kami yakni kepada bangsa Yahudi, niscaya kami menjadikan hari itu perayaan.'

'Umar bin al-Khaththab bertanya,

'Ayat apa itu?'

Lantas orang Yahudi itu berkata, 'Aku sempurnakan untukmu agamamu.' (QS. Al-Ma'idaah [5] : 3)

Kemudian 'Umar bin al-Khaththab radhiyallaahu 'anhu berkata, 'Sesungguhnya aku tau hari diturunkan ayat ini, dan tempat turunnya. Ayat ini turun sedangkan Rasulullah berada di 'Arafah pada hari Jum'at." (HR. Al-Bukhari, no. 45, Muslim, no. 3017)

Bahkan perbuatan bid'ah mengingkari hadits yang mulia ini, yaitu seolah-olah menuduh Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam mengkhianati risalah kenabian untuk memberitahukan segala kebaikan untuk ummatnya. Jika adab-adab buang air kecil saja beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam ajarkan apalagi perkara ibadah yang dianggap baik oleh para pelaku bid'ah seperti maulid, tahlilan, yasinan, isra mi'raj dan perkara penting lainnya, mustahil beliau "lupa" untuk tidak mengajarkan kepada ummatnya.

Dari Salman radhiyallaahu 'anhu, beliau berkata,
"Orang-orang musyrik telah bertanya kepada kami, 'Sesungguhnya Nabi kalian sudah mengajarkan kalian segala sesuatu sampai (diajarkan pula adab) buang air besar!' Maka, Salman radhiyallaahu 'anhu menjawab, 'Ya !.' (HR. Muslim, no. 262 (57), Abu Dawud, no. 7, at-Tirmidzi, no. 16 dan Ibnu Majah, no. 316)

Nabi yang mulia Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam mengajarkan segala sesuatu hingga adab-adab buang air kecil beliau ajarkan namun mungkinkah beliau "lupa" mengajarkan kebaikan pada perayaan-perayaan ibadah bid'ah seperti tahlilan, yasinan, dan maulid?

Padahal Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi, kecuali wajib baginya untuk menunjukkan kebaikan yang diketahuinya kepada ummatnya dan memperingatkan mereka terhadap keburukan yang diketahuinya kepada mereka." (HR. Muslim, no. 1844)

Perhatikan hadits Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam di atas, menjadi bantahan bagi para pelaku kebid'ahan yang mereka anggap perbuatan bid'ah mereka baik namun pada hakikatnya mengingkari firman Allah Jalla wa 'Ala dan hadits-hadits Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam.

Sampai-sampai guru dari Imam asy-Syafi'i, yaitu Imam Malik rahimahumullaahu ta'ala berkata, "Barangsiapa yang melakukan suatu bid'ah dalam Islam yang dia menganggap baik bid'ah tersebut, maka sungguh ia telah menuduh bahwa Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam telah mengkhianati risalah ini. Sebab Allah ta'ala berfirman : "Pada hari ini telah Ku-sempurnakan bagimu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridha'i Islam sebagai agamamu." (QS. Al-Ma'idaah [5] : 3)

"Oleh sebab itu apa saja yang bukan merupakan agama pada hari itu (yaitu pada zaman Rasulullah dan para sahabatnya), maka ia bukan termasuk agama pula pada hari ini." (Al-I'tisham, I/64)

Dan bahkan Ummul Mukminin, 'Aisyah radhiyallaahu 'anha berkata,
"Dan barangsiapa yang menyangka Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam menyembunyikan sesuatu dari apa-apa yang diturunkan Allah, sungguh ia telah membuat kedustaan yang sangat besar terhadap Allah. Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman : "Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya."
(QS. Al-Ma'idaah [5] : 67) [HR. Al-Bukhari, no. 7380 dan Muslim, no. 177]

Dan yang terakhir, bagaimana mungkin Allah Subhanahu wa Ta'ala mewafatkan Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam jika Islam belum sempurna???

Berkata Imam asy-Syaukaniy rahimahullahu ta'ala,
"Maka jika Allah telah menyempurnakan agama-Nya sebelum Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam wafat, maka apa artinya pendapat bid'ah yang dibuat-buat oleh kalangan ahli bid'ah tersebut? Kalau memang hal tersebut merupakan agama menurut keyakinan mereka, maka berarti mereka telah beranggapan bahwa agama ini belum sempurna kecuali dengan tambahan pemikiran mereka, dan itu berarti pembangkangan terhadap al-Qur'an."
(Al-Qaulul Mufiid Fii Adillatil Ijtihaad Wattaqliid, hal. 38)

Kewajiban kita sebagai seorang muslim tunduk dan patuh dengan apa yang telah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam sampaikan, apabila kita telah mengetahui bahwa setiap bid'ah itu sesat mengapa kita "ngeyel" dengan mengatakan ada bid'ah hasanah. Seolah-olah kita yang lebih paham dari Nabi yang mulia Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam.

Dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallaahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah (al-Qur'an) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam. Dan seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan dalam agama dan setiap yang diada-adakan dalam agama adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di Neraka." (HR. Al-Bukhari, no. 86, 184, 922, Muslim, no. 867 - 868, Ahmad, I/392 - 393, 432, II/310 - 311, Abu Dawud, no. 1097, 2118, an-Nasa-i, III/104 - 105, At-Tirmidzi, no. 1105, Ibnu Majah, no. 1892, al-Hakim, II/182 - 183, 'Abdurrazzaq, no. 10449, Ath-Thayalisi, no. 336 - 338, Abu Ya'la, no. 5211, ad-Darimi, II/142, al-Baihaqi, III/214, III/215, VII/146)

Diriwayatkan dari al-'Irbadh bin Sariyah radhiyallaahu 'anhu bahwa ia berkata,
"Suatu hari Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam pernah shalat bersama kami, kemudian beliau menghadap kepada kami, lalu memberikan nasehat kepada kami dengan nasehat yang membekas pada jiwa, yang menjadikan air mata berlinang dan membuat hati menjadi takut, maka seseorang berkata, "Wahai Rasulullah! Nasehat ini seakan-akan ini adalah nasehat dari orang yang akan berpisah, maka apakah yang engkau wasiatkan kepada kami?"

Maka Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Aku wasiatkan kepada kalian agar tetap bertakwa kepada Allah, tetaplah mendengar dan taat, walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Sungguh, orang yang masih hidup di antara kalian sepeninggalku, niscaya ia akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah Khulafa-ur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Peganglah erat-erat dan gigitlah dia dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah oleh kalian setiap perkara yang baru (dalam agama), karena sesungguhnya setiap perkara yang baru itu adalah bid'ah, dan setiap bid'ah itu adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di Neraka." (HR. Ahmad dalam Musnadnya IV/126 - 127, Abu Dawud no. 4607, Tirmidzi no. 2676, Ibnu Majah no. 42, 43, ad-Darimi I/44, Ibnu Hibban dalam Shahihnya no. 5, at-Taliiqaatul Hisan no. 102, al-Mawaarid, Hakim I/95 - 96, Baihaqi X/114, Imam Ibnu Abi 'Ashim dalam as-Sunnah no. 54 - 59, Imam al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah I/205, no. 102, Imam al-Laalika'i dalam Syarah Ushuul I'tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah I/83, no. 81. Derajat hadits ini Shahiih lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 937 dan 2735 dan Irwaa-ul Ghaliil VIII/107 - 109, no. 2455)

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Setiap bid'ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di Neraka." (HR. An-Nasa-i, III/188 - 1899, dan al-Baihaqi dalam al-Asma' was Shifat, I/310)

Hadits-hadits Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam di atas sangat jelas menegaskan bahwa setiap bid'ah itu sesat maka jangan kita "ngeyel" atau sok-sok-an berkata tanpa ilmu ada bid'ah hasanah.

Kewajiban kita hanya tunduk dan patuh dengan apa yang beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam sampaikan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : "Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah." (QS. Al-Hasyr : 7)

"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari Kiamat." (QS. Al-Ahzaab : 21)

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang mengada-adakan (membuat-buat bid'ah) suatu perkara amalan dalam agama ini yang tidak ada perintah atau contoh) dari kami maka perbuatan tersebut tertolak." (HR. Bukhari, III/222 no. 2697, Muslim, III/1343 no. 1718)

Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam melanjutkan,
"Setiap ummatku akan masuk Surga, kecuali yang enggan."

Para Shahabat bertanya,
"Siapakah yang enggan, wahai Rasulullah?"

Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam menjawab,
"Barangsiapa yang taat kepadaku maka dia masuk Surga, dan barangsiapa yang durhaka kepadaku maka dialah yang enggan." (HR. Al-Bukhari, no. 7280)

Comments

Popular Posts